Nyaris Gila Karena Suami Penjudi

Family / 26 November 2007

Kalangan Sendiri

Nyaris Gila Karena Suami Penjudi

Admin Spiritual Official Writer
30087

Sejak duduk di bangku SMP Bangun mempunyai hobi yang sangat disukainya; main catur, main kartu dan billiard adalah yang terutama. Semuanya itu dimainkannya bukan seperti normalnya orang bermain, tetapi menggunakan uang untuk dijadikan taruhan. Tidak pernah Bangun sangka bahwa hobinya tersebut ternyata di kemudian hari dapat membuat keluarganya menderita dan istrinya sendiri nyaris gila. Bahkan tega ingin membunuh anak kandungnya sendiri.

Pengalaman Pertama

Dari usia remaja, segala macam permainan judi sudah pernah Bangun mainkan. Sepertinya judi sudah menjadi bagian dalam hidupnya dan terasa sulit sekali untuk dilepaskan. Keluarga Bangun pun sempat mengetahui kebiasaan Bangun yang buruk tersebut dan sudah berkali-kali menegornya. Tapi apa yang diharapkan keluarganya tidak tercapai. Bangun malah semakin menjadi-jadi dalam bermain judi.

Tahun 1964 karena dijodohkan oleh orang tua, Bangun menikah secara adat dengan istrinya. Pada waktu itu mereka menikah tanpa pemberkatan di gereja karena Bangun dan istrinya beragama Hindu dan menganut ajaran animisme atau penyembahan kepada roh leluhur. Semenjak balita mereka sudah sama-sama ditinggal oleh ayah mereka sehingga mereka harus bertumbuh besar tanpa figur seorang bapak.

Cinta Akan Judi Melebihi Anak Sendiri

Suatu malam, anak Bangun sakit keras dan suhu badannya panas tinggi sekali. Oleh istri dan mertuanya, sang anak segera dibawa ke rumah sakit. Mereka pergi ke rumah sakit dalam keadaan panik karena melihat kondisi anak itu. Sebelum mereka berangkat, mereka sempat mencari Bangun yang ternyata sedang bermain catur di sebuah warung. "Ya, duluan saja, nanti saya menyusul," jawab Bangun ketika diajak pergi menemani anaknya berobat ke rumah sakit. Namun saking serunya ia bermain catur sambil taruhan uang, ia sama sekali tidak menyusul dan menengoki anaknya ketika sedang dirawat di rumah sakit. Hari-hari selanjutnya ia lewati dengan berjudi dan bersikap seolah-olah tidak terjadi apa-apa pada anak kandungnya sendiri.

Istri Bangun Mengalami Depresi

"Sungguh saya tidak tahu bahwa saya kawin dengan seorang penjudi. Sehingga gara-gara perbuatan suami saya yang penjudi ini, saya sangat menderita," ujar istri Bangun. "Dimana saya sungguh kecewa melihat sifatnya yang egois, tidak bisa dilarang dan ditegor. Saya menjadi stres. Bahkan menjadi langganan bertahun-tahun dengan seorang dokter karena syaraf saya terganggu."

Beberapa tahun setelah menikah dengan Bangun, istrinya sering melakukan perbuatan yang tidak normal. Hampir setiap hari istri Bangun membenturkan kepalanya ke tembok rumah dan berguling-guling di lantai sambil histeris. Anak-anaknya hanya bisa terdiam melihat perbuatan aneh yang diperbuat oleh sang ibu.

"Ada sebuah foto di dinding, itu adalah foto kebanggaan ibu saya dimana ibu dan bapak saya ada foto berdua. Suatu hari foto itu diambil oleh ibu dan dilemparnya ke kolam ikan sehingga bingkai foto itu hancur berantakan dan fotonya basah," tambah Giri, anak Bangun.

Istri Bangun semakin tertekan jiwanya melihat kebiasaan bermain judi suaminya yang tidak pernah bisa hilang. Waktu-waktu yang dihabiskan oleh Bangun lebih banyak untuk bermain judi ketimbang untuk keluarganya sendiri. Hal ini bahkan terjadi sampai Bangun berusia 50 tahun dan selama 26 tahun usia pernikahan mereka.

Kebiasaan berjudi hingga larut malam dan seringnya bergadang sempat membuat Bangun mengalami sakit paru-paru. Ia sempat disembuhkan akibat pertolongan tangan Tuhan, namun ia masih juga belum bertobat. Keadaan keluarga Bangun semakin parah, bahkan salah seorang anaknya sempat menjadi peminum dan pemakai narkoba.

Sering kali Bangun pulang sampai larut malam dan apabila istrinya terlambat membukakan pintu - ia akan memarahi istrinya sambil menggedor-gedor pintu rumah, membanting pintu dan memukuli meja makan. Kejadian-kejadian serupa seperti itu yang pada akhirnya membuat istri Bangun memutuskan untuk bercerai, namun tidak diterima oleh Bangun karena malu kepada keluarganya sendiri. Menurut suku Batak, cerai itu adalah hal yang memalukan, tetapi apabila selingkuh - itu bukan masalah.

Tibalah puncak depresi yang dialami oleh sang istri. Ia berniat untuk menghabisi nyawa ketiga orang anaknya sebelum menghabisi nyawanya sendiri. Istri Bangun tidak ingin anak-anaknya nanti hidup terlantar karena keadaan orang tua mereka yang tidak baik. Dimasukkannya ketiga orang anaknya ke dalam kamar dan ia mengunci pintu kamar tersebut sambil memegang sebilah pisau golok. Dengan tatapan kosong istri Bangun menatapi ketiga orang anaknya yang sedang berdiri ketakutan di sudut ruangan sambil menangis. Sebelum niatnya ia lakukan, tiba-tiba terdengar suara dalam pikirannya, "Tegakah kau mau membunuh anakmu? Seandainya kau membunuh anakmu, mereka juga tidak berdaya." Istri Bangun pun yang dulu juga pernah berniat lompat dari bendungan Jati Luhur untuk bunuh diri mengurungkan niatnya untuk menghabisi nyawa anak-anaknya. Ketiga orang anaknya segera berlari ketakutan keluar rumah.

Lewat Doa Pemulihan Terjadi

"Ketika saya mengikuti kebaktian pada tahun 1983, saya dijamah oleh Tuhan," ujar istri Bangun. "Saya dibebaskan melalui satu pelayanan pribadi, saya ceritakan segala dosa-dosa saya kepada seorang hamba Tuhan sambil menangis. Saya menyadari Tuhan tahu apa yang saya alami dan saya percaya Tuhan itu ada."

Setiap kali selesai mengikuti kebaktian, istri Bangun pulang ke rumah dan bersama anak perempuannya mereka selalu mengadakan doa bersama. Selama 5 tahun mereka berdoa untuk Bangun supaya ia bertobat.

Pada suatu hari, Bangun membelikan anak-anaknya roti dengan uang hasil judi yang baru saja ia menangkan. Secara spontan anak-anaknya menolak pemberian Bangun karena mereka tahu uang untuk membeli roti itu adalah hasil judi. Kejadian itu Tuhan pakai untuk menjamah hati Bangun. Dari situ ia merasa malu dan sadar akan segala perbuatannya. Setelah mengalami konflik dalam rumah tangganya dan nyaris bercerai, Bangun datang kepada istrinya untuk didoakan. Dan istrinya segera melayani dia dengan sepenuh hati.

"Sungguh pada waktu itu saya tidak dapat membendung air mata saya karena merasakan hadirat Allah. Begitu baiknya Tuhan terhadap diri saya,' ujar Bangun. Hari-hari berlalu dilewati Bangun dengan berdoa agar Tuhan mau membantu dirinya untuk berubah. Tuhan menjawab doa Bangun. Dibantu oleh seorang hamba Tuhan yang bernama Daniel Hanebau, secara perlahan ia dibebaskan dari keterikatan judi dan main perempuan.

Perubahan Bangun membawa dampak terhadap anak-anaknya. Anaknya yang paling besar mulai berbicara kepada ayahnya setelah 2 tahun tidak menegur Bangun, dan anaknya yang bungsu sudah tidak lagi memakai narkoba. Anak-anak Bangun mulai bisa menerima keberadaan ayah mereka meskipun itu tadinya merupakan suatu hal yang mustahil terjadi.

Kepada istrinya, Bangun pernah mengijinkan dia untuk meludahi wajahnya jika melihat Bangun berjudi lagi. Dan kepada Tuhan, ia sempat meminta-Nya untuk mengambil nyawa Bangun apabila ia mengulangi perbuatannya. Suatu keputusan yang luar biasa diambil oleh Bangun sebagai komitmennya untuk hidup benar di hadapan Tuhan dan untuk berubah menjadi seorang suami dan ayah yang baik bagi keluarganya.

"Saya sadar akan kesalahan-kesalahan itu dan saya mau berubah, saya mau dibentuk Tuhan dan memperbaiki cara mendidik anak, juga bersikap baik kepada istri. Saya belajar kepada firman Tuhan, saya belajar kepada Tuhan, dan sungguh saya dapat merasakan pemulihan dalam diri saya. Kalaupun ditanya kepada keluarga, mereka pasti akan menjawab banyak perubahan dalam diri saya. Itu semua karena kasih Tuhan terhadap saya," ujar Bangun menutup kesaksiannya. (Kisah ini telah ditayangkan 6 Agustus 2007 dalam acara Solusi di SCTV).

Sumber Kesaksian :
Raja Aturan Bangun
Halaman :
1

Ikuti Kami